KEKERASAN PADA ANAK JALANAN

Krisis ekonomi global yang berawal dari krisis finansial melanda Amerika Serikat menyebabkan adanya perubahan strategi ekonomi politik di Negara-negara berkembang sebagai penyeimbang agar krisis yang terjadi di Negara maju tidak semakin menghebat. Penggejotan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang pun semakin kuat.

”Negara berkembang sebagai bekas wilayah koloni Negara maju sampai saat ini masih tetap dijadikan sebagai sumber bahan baku murah, buruh murah, pasar bagi produk industri Negara maju dan investasi yang membuahkan keuntungan sangat besar. Dampak dari penghisapan Negara maju saat ini terhadap Negara berkembang berdampak sangat besar terhadap anak miskin di Indonesia”, demikian Bung Indra panggilan akrab Sekjen GRI menjelaskan kepada Jurnal GRI.

Hasil Survei dan Pemetaan Sosial Anak jalanan yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta di 12 Kota Besar di Indonesia pada tahun 1999, menyebutkan jumlahnya 39.861 anak. Dari sekitar hampir 40 ribu anak jalanan tersebut, 48 persen adalah anak-anak yang baru turun ke jalanan sejak tahun 1998 atau setelah terjadinya krisis. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa populasi anjal sebelum krisis adalah sekitar 20 ribu anak. Pada tahun 2002 jumlah anak jalanan mengalami peningkatan lebih dari 100 % dibandingkan angka tahun 1998. Menurut hasil Susenas yang diselenggarakan  dengan kerjasama BPS dan Pusdatin Kesos pada tahun 2002 jumlah anak jalanan sebanyak 94.674 Anak.
Anak jalanan rentan terhadap tindakan kekerasan. Misalkan saja, saat ini masyarakat digegerkan oleh pembunuhan terhadap beberapa anak jalanan yang diasuh sendiri oleh Babe. Setelah korban disodomi lalu dibunuh. Mayat korban lalu dimutilasi atau dipotong-potong.
Atas dasar itulah pemerintah melakukan razia  anak jalanan untuk diperiksa dubur mereka. Tindakan bodoh tersebut ditentang oleh berbagai pihak karena tidak berperikemanusiaan. Seharusnya tugas pemerintah melindungi dan memberikan kesejahteraan untuk anak-anak miskin di Indonesia. Tindakan kekerasan juga kerap kali diterima anak jalanan ketika di razia. Pusat rehabilitasi pun hanya menjadi penjara untuk mereka yang tertindas di jalan.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Tinggalkan komentar