UTANG AMERIKA SERIKAT SELANGIT

Negara adidaya Amerika Serikat ternyata negara penghutang terbesar sedunia. Coba kita lihat berapa utang Amerika Serikat saat ini. AS memiliki hutang 65 % dari GDP (penghasilan suatu Negara) nasional mereka. Pada tanggal 7 Mei 2009, total hutang Amerika Serikat adalah US$11 trilyun (Rp. 1.101.200.000.000.000.000,/kurs 1$ AS = Rp. 9.200,). Ini sama saja 80% dari GDP mereka. Bahkan, Pemerintah AS memperkirakan pada tahun 2010 utang AS akan meningkat menjadi 97% dari GDP. Ternyata Amerika Serikat sama dengan Indonesia terlilit utang yang bukannya berkurang malah bertambah.
Utang Indonesia saat ini juga peninggalan dari era Suharto dimana 30% dana utang luar negeri masuk ke kantong kroni-kroni Suharto dan harus dibayar oleh Rakyat sampai saat ini. Padahal pada 2006, Indonesia bisa mengambil kebijakan pembebasan utang yang diberikan beberapa negara kreditor. Tapi, sayang pemerintah pada saat itu tetap ngotot ingin melunasi semua utang kroni/korupsi Soeharto, disisi lain dana kesehatan dan kejahteraan bagi Rakyat miskin sangatlah minim dibanding cicilan utang.

Berdikari dalam bidang ekonomi sangat diperlukan untuk bangkit dari penjajahan model baru seperti yang terjadi saat ini untuk mencapai kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka sepenuhnya. Lihat Tiongkok yang sampai saat ini enggan berhutang bahkan sekarang menjadi negara ekonomi terkuat di dunia. Kuncinya adalah kemandirian di bidang ekonomi. Berdikari tidak berarti mengurangi, melainkan memperluas kerjasama internasional. Yang ditolak oleh berdikari adalah ketergantungan kepada imperialisme (penjajah).
Marilah kita tinjau. Bahan mentah  kita berlimpah-limpah dan tenaga kerja pun tidak kurang. Kalau terus menerus kekayaan itu terpendam mati, karena kita sendiri tak mampu menggalinya, maka yang terjadi kita tetap akan miskin di tengah kekayaan. Ibarat ayam mati kelaparan di lumbung padi, itik mati dahaga di sungai.
Presiden pertama RI, Bung Karno rajin mencanangkan sistem ekonomi berdikari. Ia menghendaki pembangunan perekonomian berbasis kekuatan dalam negeri, serta mengesampingkan pinjaman asing. Ia menyebut negara Barat sebagai nekolim. Bung Karno menilai kehadiran modal dari negara-negara kapitalis Barat sebagai alat kaum imperialis untuk mengeksploitasi kekayaan Indonesia. Bung Karno mengembangkan sikap menolak segala macam bentuk bantuan Amerika Serikat dan negara kapitalis lain. ”Go to hell with your aid”, kata Bung Karno dalam berbagai kesempatan.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Tinggalkan komentar